Mi'raj

Mi'raj
Bulan ini begitu mulia. Apalagi ada peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi besar Muhammad Saw. Ummatnya diberi limpahan rahmat, sebagai khaira ummah (sebaik-baik ummat) dan Sang Nabi Saw, menjadi Rahmat bagi semesta.


Namun mengikuti jejak Mi’raj Nabi Saw, cukuplah dengan sholat. Karena dibalik sholat ada simbol Mi’raj hingga ke Sidratul Muntaha, bahkan kembali ke alam nyata semesta dunia, dan karenanya diakhiri dengan Salam dan Rahmat serta Berkah dari Allah Swt.

Sholat kita belum pernah menanjak ke Mi’raj, barangkali kita tidak pernah (seakan-akan) melihat Allah Ta’ala, karena di dalam sholat kita hanya ada dunia, ada imajinasi, ada khayalan selain Dia Azza wa-Jalla.

Padahal ketika Mi’raj Sang Nabi meninggalkan semuanya, semesta bumi dan semesta langit, demi menghadap Yang Maha Esa, sampai pada tahap Qurrata ‘Ain, (sejuknya mata hati), karena hanya Ada Dia Azza wa-Jalla. Lalu turun kembali ke dunia, dengan “Yaqin yang nyata”, melalui syariat yang dibawanya, bahwa segalanya adalah AdaNya yang tersembunyi di balik yang nyata ini.

Maka, prosesi sholat yang menjadi Mi’raj kita, dari awal hingga akhir, sesungghuhnya adalah Muroqobah (fokus pada Allah Swt), Musyahadah (memandangNya terus menerus) dan Ma’rifah (mengenalNya tanpa henti), dan semua itu adalah perwujudan Hakikat dalam sholat kita.

Selebihnya, ada yang wajib kita jaga, Sholat Wustho (sholat yang abadi dalam hati kita berupa dzikrullah) yang tak terikat oleh ruang dan waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar